Saturday, August 22, 2020

Banser, HTI dan Perang Jamal

 https://aspiratif.com/banser-hti-dan-perang-jamal/

Oleh Ayik Heriansyah

Banser, HTI dan Perang Jamal

Ansor-Banser tolak HTI. (Foto: Antara)

Aspiratif News – Banser jadi bintang semenjak dulu kala. Sebelum HTI berdiri, Banser telah menulis prestasi selaku penjaga ulama, ummat dan negara yang dipercaya. Kesetiaan Banser ke ulama, ummat dan negara telah teruji dan terbukti walaupun buku-buku sejarah tidak mencatatnya dengan rapi. Sesungguhnya diakui atau tidak, kita butuh Banser.

Saya sendiri baru sadar akan Banser. Waktu masih kecil di kampung saya, saya tahunya Banser sering latihan baris-bebaris di depan rumah saban menjelang 17 Agustus. Jiran saya ketua GP Ansor-Banser. Mereka latihan dalam rangka ikut pawai. Seiring perjalanan waktu saya sedikit paham apa itu Banser. Banser itu hebat. Kadang oknumnya berulah itu wajar-wajar saja.

Kontras dengan Banser, HTI diciptakan sungguh untuk merongrong negara. Di negeri Islam dari Maroko sampai Merauke, Hizbut Tahrir ditakdirkan jadi pemberontak. Di Indonesia, Hizbut Tahrir terhitung lebih beruntung dibandingkan rekan-rekan mereka di negara lain. Di Irak dan Libya member Hizbut Tahrir diganjar gantung. Di Suriah diberodong senjata. Di Arab Saudi dan Yordania jadi pesakitan. Di Turki dan Pakistan, dipenjara. Di Uzbekistan, Tajikistan dan Turkmenista, member Hizbut Tahrir dibunuh penguasa.

Salahkah para penguasa itu? Tidak ada yang salah karena aktifitas politik Hizbut Tahrir berbahaya bagi keamanan bangsa dan negara. Entah fiqih siyasah apa yang dikaji Hizbut Tahrir, yang pasti praktik menghalalkan segala cara terjadi di saban negeri tempat Hizbut Tahrir melaksanakan gerakannya. Memfitnah, membikin makar dan mengadu domba sesama ummat dan ormas Islam, lumrah dilaksanakan Hizbut Tahrir, termasuk HTI.

kejadian bakar bendera HTI 2 hari yang lalu di Garut jadi bahan bakar HTI untuk menyerbu NU, Ansor dan Banser. Dengan kepiawaiannya bermain opini di media sosial, HTI sukses memprovokasi ummat dan ormas Islam. HTI ingin memukul NU, Ansor dan Banser mempergunakan tangan pihak ketiga. Sungguh besar dosa HTI yang menyulut permusuhan ummat Muhammad Saw.

Kita mesti menoleh ke belakang. Menyaksikan sejenak sejarah kaum ummat Islam di masa Khulafaur Rasyidin. Krisis, kisruh dan konflik politik ummat sudah diperingatkan oleh Baginda Nabi Saw. Mari kita ambil hikmahnya supaya terhindar dari malapetaka yang semestinya tidak Penting terjadi.

Sejarah ummat mungkin bercerita lain andaikan tidak ada penyusupan dan provokasi kaum Khawarij di barisan kaum muslimin. Masalah penanganan kepada pembunuh Khalifah Utsman mencapai titik temu sesudah Khalifah Ali mengutus Al Miqdad bin Al Aswad dan Al Qa’qa bin Amr untuk bernegosiasi dengan Thalhah dan Az Zubair. Mereka seluruh setuju untuk tidak berperang.

Lalu ke-2 belah pihak menerangkan sudut pandang masing-masing perihal qishash kepada pelaku tindakan mematikan Utsman. Thalhah dan Az Zubair berpendapat bahwa tidak boleh membiarkan pembunuh Utsman begitu saja, sedangkan pihak Ali berpendapat bawa menyelidiki siapa pembunuh Utsman untuk waktu sekarang bukan hal paling mendesak. Tetapi, hal ini dapat ditunda sampai kondisi stabil. Jadi, mereka setuju untuk mengqishash para pembunuh Utsman. Adapun yang mereka perselisihkan ialah waktu untuk merealisasikan hal tersebut.

Seusai Komitmen itu, 2 Tentara pun dapat tidur dengan tenang, sedangkan para pengikut Abdullah bin Saba – mereka para pembunuh Utsman – terjaga dan melewati malam yang negatif, sebab akhirnya kaum Muslimin setuju untuk tidak saling berperang. Demikianlah kondisi yang disebutkan oleh para sejarawan seperti Ath Thabari, Ibnu Katsir, Ibnu Atsir, Ibnu Hazm dan yang lainnya.

Waktu itu para pengikut Abdullah bin Saba setuju akan melaksanakan apa pun agar Komitmen tersebut dicancel. Menjelang waktu subuh, waktu orang-orang tengah terlelap, sekelompok orang dari mereka menyerbu Tentara Thalhah dan Az Zubair lalu menghabisi beberapa orang diantara Tentara mereka. seusai itu, mereka menyelamatkan diri.

Prajurit Thalhah mengira bahwa Tentara Ali sudah mengkhianati mereka. Pagi harinya, mereka menyerbu Tentara Ali. Menyaksikan hal itu, Tentara Ali mengira bahwa Tentara Thalhah dan Az Zubair sudah berkhianat. Serang-menyerang antara ke-2 Tentara ini pun berlangsung sampai tengah hari. Seterusnya, perang pun berkecamuk dengan hebatnya.

Perang Jamal terjadi bukan keinginan Khalifah Ali, ‘Aisyah, Thalhah, Az Zubair beserta Tentara mereka. Perang itu terjadi akibat provokasi yang dilaksanakan oleh Abdullah bin Saba dan pengikutnya yang terlibat tindakan mematikan Khalifah Utsman. Bagi pelaku kejahatan negara, stabilitas pemerintahan jadi ancaman bagi mereka. Waktu pemerintah kuat telah pasti mereka akan diganjar. Tidak ada jalan lain bagi penjahat negara selain menciptakan instabilitas, membumi hangus soliditas masarakat untuk menghapus jejak.

Dari sini kita dapat pelajaran bahwa penjahat negara seperti HTI akan senantiasa membikin onar. kejadian kecil dibesar-besarkan. Bila Penting membikin hoax. Mendramatisir fakta. Contohnya kejadian pembakaran bendera HTI di Garut. Dari sudut hukum agama dan negara, membakar bendera HTI bukan tindak kejahatan. Untung pengurus Banser bersikap proporsional. Kalau tidak, “perang Jamal” terulang lagi di sini. [Aspiratif News/gg]

ditulis di Bandung 24 Oktober 2018 [info tertulis di https://bangkitmedia.com/banser-perang-jamal-dan-wajah-hti-dalam-merongrong-negara/]

No comments:

Post a Comment