Saturday, November 16, 2019

Surat Terbuka kepada Presiden Jokowi

https://www.facebook.com/Lalu.Agus.F.Wirawan/posts/2652971784750276

Pak Jokowi yang begitu saya hormati...

 



Sekiranya ummat Hindu, Budha, Kristen, Konghucu dan aliran kepercayaan ini sudah tak boleh lagi hidup di Indonesia kenapa tak hapus saja pasal tentang persamaan hak dan kewajiban seluruh rakyat itu dari Konstitusi kita UUD 45?

3 minggu sudah saya shalat Jum’at di masjid yang berlokasi di lingkungan dengan mayoritas Hindu Bali, 2 minggu yang lalu saya Jumatan di Masjid At-Taqwa Sanur, minggu kemarin di Masjid Baiturrahman Kuta, dan hari ini, tadi saya shalat di Masjid Al-Hidayah Bedugul Tabanan Bali...
Bahagianya saya ketika air wudhu yang dingin menerpa wajah yang tadinya berasa terbakar panasnya terpaan sinar matahari musim kemarau panjang ini. Dengan hati lega pula saya mengakhiri rakaat kedua sholat saya sambil merasakan kesejukan sepoi angin dari arah Pura Ulun Danu di tepi danau Beratan yang cuma 200 meter dari gerbang masjid megah itu.

Oh, bahagianya ummat Muslim Bali punya saudara sebangsa yang begitu menjunjung toleransi dan harmoni hidup sesama anak Nusantara!

Namun seketika saya menghidupkan HP dan membuka pesan whatsapp, saya terduduk lemas persis diundakan masjid ini...

Seorang sahabat Hindu di Lombok mengabarkan sebuah duka yang begitu menyakitkan hati!
“Lalu.... apa salah kami sampai tega-teganya sekelompok orang menghadang kami yang akan beribadah di Pura Awan Rinjani Desa Sambiq Elen yang dulu Lalu ikut perjuangkan saat Bupati Lombok Utara melakukan hal yang sama dengan alasan meresahkan masyarakat...”

Kemudian saya melihat video pendek yang menunjukkan segerombolan orang yang dengan beringas berteriak mengusir ummat Hindu yang akan beribadah disana!

“Teroris Sundeeeeeellllllll!!!!” Teriak hati saya geram melupakan area masjid tempat suci dimana tak seharusnya saya mengumpat seperti ini! Astagfirullahaladzim!

Beberapa bulan yang lalu, postingan saya yang mempermasalahkan Surat Bupati Lombok Utara yang melarang ummat Hindu beribadah di Pura Awan Rinjani sempat viral hingga terdengar Mendagri saat itu pak Tjahjo Kumolo yang kemudian menegur keras Bupati Lombok Utara.

Konon beberapa waktu kemudian, para sahabat Hindu saya sudah mulai bisa beribadah lagi disitu, bahkan Gubernur NTB mendadak jadi sangat dekat dengan ummat Hindu dan mau hadir pada upacara keagamaan besar yang dilaksanakan pemeluk Hindu se-NTB di sebuah Pura Lombok Barat!

Sebuah fenomena aneh jika dilihat dari status Gubernur NTB (Zulkieflimansyah) yang juga adalah elit PKS, partai yang banyak oknumnya terkenal suka “menakjiskan” ummat lain! Entahlah, mungkin saja TGB, sahabat saya mantan gubernur NTB 2 periode yang terkenal lembut dan nasionalis itu, menegur Bang Zul yang memang menurut saya, terpilih jadi Gubernur NTB berkat dukungan dan slogan “LANJUTKAN IKHTIAR TGB”.

Sayang beribu sayang, kejadian yang berlangsung beberapa hari lalu itu membuyarkan anggapan saya yang mulai membaik pada Gubernur Zulkieflimansyah, karena ketika saya tanya beberapa tokoh ummat Hindu Lombok apakah ada perhatian dari pak Gubernur, mereka kompak menjawab “boro-boro!”.

Hmmm... ternyata komitmen menjaga persatuan bangsa dan membasmi faham radikalisme hanya sampai di pernyataan Presiden Jokowi saja! Karena beberapa hari kemarin, menteri pariwisata pun tega mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hati ummat Hindu Bali dan Kristiani di Toba!

Harapan saya sekarang ada di pak Jenderal (Purn.) Fahrul Razi, Menteri Agama Republik Indonesia itu, pemimpin “Kementerian Agama Republik Indonesia, Bukan Islam Saja!”
Pak Menteri Jenderal, sudilah kiranya untuk menunjukkan ketegasan bapak pada nasib ratusan ribu ummat Hindu Lombok yang selalu terpinggirkan dan terdzolimi dalam melakukan ibadah dan kepercayaannya!

Saya malu pak! Seumur-umur saya hidup di Bali, di tengah lingkungan Hindu, saya tidak pernah sedetikpun diperlakukan tak baik oleh mereka! Waktu SMA di Buleleng, makan tidur dan pendidikan pun saya dibantu oleh saudara-saudara saya yang Hindu, bahkan makanan halal dan tempat ibadah saya pun disediakan khusus oleh mereka!

Di sekolah saya yang cuma punya 2 orang siswa Muslim pada saat itu dihadirkan guru agama Islam dari Panti Asuhan milik NU yang ada di Singaraja, khusus agar saya dan seorang lagi teman Muslim memperoleh hak yang sama untuk belajar pendidikan agama!

Untuk tempat ibadah jangan tanya, di seantero Bali, entah kota atau desa terdapat Masjid yang dibangun sebagian besar nya berasal dari partisipasi ummat Hindu disana!
Lalu apa alasan kita, ummat yang kebetulan saja mayoritas di Lombok ini melarang ummat Hindu membangun tempat ibadatnya? Istigfar kawan! Nabi Muhammad tak perah sekalipun menganjurkan kalian untuk melarang ummat lain beribadah!

Bibit radikalisme yang kemudian berkembang jadi terorisme sesungguhnya berawal dari sikap-sikap intoleran yang muncul dari mulut-mulut para durjana yang menyamar jadi tokoh agama! Bangsa ini sudah terlalu banyak dilukai oleh kelompok penyundal ajaran Tuhan ini!

Saya juga berharap pada pak Jenderal Tito Karnavian, Mendagri kini yang dulunya adalah pendekar sakti pembasmi teroris! Bantu kami pak Tito, tindak tegas semua aparat daerah yang mendukung sikap-sikap intoleran seperti diatas!

Pak Tito, ummat Hindu itu setahu saya pantang meminta minta, termasuk meminta pertolongan hatta pada orang yang telah mereka pilih dan percaya memimpin mereka!
Itu sebabnya bapak akan sangat jarang ketemu ummat Hindu mengeluhkan hal-hal yang seperti ini! Lihatlah betapa selama 5 tahun periode pertama pak Jokowi kemarin, apakah ummat Hindu di Bali minta diistimewakan? Tidak!

Pun juga demikian ketika mereka menderita dan diperlakukan tidak adil seperti sekarang ini!
Bahkan peristiwa pembubaran upacara Hindu di Jogja bilahari tak sama sekali membuat ummat Hindu Bali bereaksi keras berlebihan! Mereka sangat sabar pak!
Dan justru karena itulah saya, ummat Islam yang lama Hidup di tengah lingkungan Hindu ini jadi malu semalu malunya!

Saya harus pulang hari ini pak! Harus!
Sumpah saya malu sekali pada ummat Hindu Bali yang sudah begitu baik pada saya!
Demi Allah! Saya harus lawan orang-orang dzolim penyundal agama saya itu!

Bandara Ngurah Rai Bali
15 November 2019
Dengan Perasaan Malu Bercampur Luka!
Lalu Agus Firad Wirawan