Tuesday, December 28, 2010

Menjadi 'Gus Durian' di Tengah Krisis


http://www.inilah.com/read/detail/1090582/menjadi-gus-durian-di-tengah-krisis


Imron Rosyadi Hamid

Oleh: R Ferdian Andi R
Senin, 27 Desember 2010 | 01:01 WIB


INILAH.COM, Jakarta - Muktamar III Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dipelopori puteri kandung KH Abdurrahman Wahid, Zannuba Arifah Chafshoh alias Yenni Wahid memunculkan figur penting. Ia adalah Imron Rosyadi Hamid.
Selama ini Imron Rosyadi Hamid dikenal sebagai juru bicara PKB Gus Dur. Dalam Muktamar III ia didaulat sebagai Ketua Panitia Pelaksana Muktamar III. Bagaimana sosoknya?
Imron Rosyadi Hamid tak seberuntung politisi PKB yang kini berkiprah di eksekutif seperti Abdul Muhaimin Iskandar (Menakertrans) atau A Helmy Faishal Zaini (Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal). Termasuk beberapa politisi dari partai itu yang kini aktif di lembaga legsilatif.
Ia juga tak seberuntung tokoh-tokoh lainnya yang namanya berkibar di Jakarta dan telah menjadi tokoh nasional. Bisa disebut, berkibarnya tokoh muda NU itu tak lepas dari jasa Gus Dur. Singkat kata, mereka menjadi tokoh karena peran penting Gus Dur.
Namun, Imron Rosyadi Hamid, pria asal Malang, Jawa Timur ini justru merapat dengan Gus Dur di tengah situasi politik internal. Saat Gus Dur terdepak dari kursi Ketua Umum Dewan Syura PKB ketika berkonflik dengan A Muhaimin Iskandar.
"Sebelumnya saya aktif di GP Ansor wilayah Jawa Timur," akunya kepada INILAH.COM di sela-sela Muktamar III PKB di Surabaya, Minggu (26/12/2010).
Aktivis Ansor sejak 20 tahun terakhir ini punya alasan mengapa dirinya menjadi 'Gus Durian' di saat krisis. Imron melihat, sosok Gus Dur merupakan tokoh yang menjadi panutan dalam mengusung isu pluralisme, humanisme dan toleransi umat beragama. "Saya kira Gus Dur The Only One," ujarnya.
Atas dasar itulah, Ketua Ikatan Alumni Pascasarjana UI ini menegaskan pilihannya untuk membela Gus Dur terkait saluran politik melalui PKB. "Jadi tidak salah kalau saya membela beliau dalam hal berkaitan dengan PKB," cetusnya.
Alumnus Universitas Islam Malang (Unisma) ini menambahkan, dorongan untuk membela Gus Dur, karena sepeninggal Nurcholis Madjid dan KH Abdurrahman Wahid, menurut Imron, gerakan moderat dalam ancaman.
Menurut dia, gerakan itu harus dilembagakan di lingkungan manapun yang mampu memberikan perlindungan terhadap minoritas. "Mengapa membela Gus Dur, karena saya anggap ikon," tegas peraih beasiswa studi ke Amerika ini.
Pria kelahiran Malang, 18 November 1971 ini termasuk politikus tahan banting. Seperti dalam hajatan Mukatamr III PKB yang dilaporkan ke Polda Jawa Timur oleh PKB Abdul Muhaimin Iskandar, ia menghadapinya dengan santai.
Bukan hujatan terhadap PKB Muhaimin, tetapi justru pujian. "Saya sangat menghargai PKB Muhaimin dengan melaporkan ke polisi. Mereka sadar akan proses hukum, tidak berbuat anarkhis. Itu lebih beradab daripadagruduk-gruduk," ujarnya dengan besar hari.
Menjadi pengikut atau pembela tokoh di saat krisis memang tidaklah banyak. Imron Rosyadi Hamid salah satunya. Menjadi Gus Durian di tengah krisis. [mdr]

No comments:

Post a Comment