Oleh: Ahluwalia
Nasional - Jumat, 29 April 2011 | 05:33 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Sudah jadi cerita lama bahwa militansi NII sangat tinggi. Pantang menyerah. Dengan semangat gila kuasa dan uang itulah, Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) menghalalkan segala cara dalam merekrut anggotanya. Api NII membara, menyentuh kaum muda dan mahasiswa.
Berbagai kalangan sudah mendesak pemerintah agar mengambil langkah-langkah strategis untuk melumpuhkan dalang dan jaringan NII karena membahayakan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menteri Agama Suryadharma Ali bahkan menilai, gerakan radikal NII yang berkembang saat ini sangat sistematis dan intensif. Gerakan tersebut bahkan fokus merekrut mahasiswa dan pelajar serta sarjana, yang menjadi generasi penerus bangsa.
Sejalan dengan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Suryadharma mengatakan, gerakan NII tak bisa dibiarkan dan gerakan bawah tanah itu harus dimusnahkan. “Kita harus basmi gerakannya," kata Suryadharma.
Kementerian Agama, lanjutnya, perlu memanggil kepala-kepala kantor wilayah di daerah-daerah, kepala-kepala lembaga pendidikan di bawah tanggung jawab kementeriannya dan pondok pesantren. Pada pertemuan tersebut, akan diberikan sosialisasi soal bahaya NII.
Baru-baru ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan penelitian soal radikalisasi terhadap sejumlah guru agama dan murid di beberapa sekolah. Kesimpulannya, pendidikan agama di sekolah turut menumbuh kembangkan sikap intoleransi.
Selain kewaspadaan masyarakat di lingkungan sekitarnya, pemerintah dan aparat intelijen harus memiliki peran yang lebih besar dalam menanggulangi gerakan-gerakan tersebut yang langsung maupun tidak langsung terhubung dengan aksi terorisme.
Dalam dua pekan terakhir, berbagai kasus dugaan ‘cuci otak’ oleh jaringan NII mulai bermunculan di sejumlah daerah, seperti Bogor, Malang, Bandung, dan Jakarta. Para korban umumnya mahasiswa. Mereka diajak berdiskusi dan dipengaruhi hingga dibawa ke sebuah tempat untuk dibaiat.
Polda Metro Jaya terus memantau gerakan NII di Jakarta. Kepolisian pun telah memetakan tempat-tempat yang dijadikan sebagai kantong gerakan yang meresahkan warga ini. "Ada di wilayah-wilayah pinggiran," kata Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, Irjen Pol Sutarman di Mabes Polri, Jakarta. [mdr]
No comments:
Post a Comment