Negara Islam Indonesia (NII) - foto : ilustrasi
Lian Febriani, CPNS di Bagian Tata Usaha, Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, beberapa waktu lalu hilang misterius. Saat ditemukan, Lian mengenakan cadar dan membawa buku tentang jihad. Siapa pencuci otak Lian?
Bekas anggota Negara Islam Indonesia (NII), Al Chaidar, dalam suatu kesempatan mengatakan, bahwa yang bersangkutan kemungkinan diculik yang pelakuknya adalah KW9 atau Komandemen Wilayah 9 dari NII.
Biasanya mereka tidak saja menggunakan cara hipnotis. Mereka juga melakukan brainstorming kepada seseorang yang mengalami kekeringan spiritual untuk jalan menanamkan ideologi.
Keuntungan ekonomi diperoleh lantaran orang yang bersangkutan diminta untuk mengumpulkan dana. Sehingga 'korbannya' akan menjual barang-barang miliknya, mengambil barang-barang keluarga.
Harta diambil atas nama infaq, sedekah. Ketika hal ini diketahui keluarganya, maka akan muncul dampak luas. Dakwah tentang perlunya negara Islam menjadi tidak signifikan lagi. Dakwah tentang pembentukan negara Islam menjadi patah dengan sendirinya.
Sebelumnya, Lian Febriani, PNS di Bagian Tata Usaha, Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan hilang sejak Kamis 7 April 2011 lalu. Sebelum hilang, Lian dan teman sekantornya sempat makan siang di kantin Kementerian Informasi dan Komunikasi. Usai makan siang, Lian mengatakan kepada temannya ia akan menemui seseorang di Jl Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun hingga jam pulang kantor Lian tidak pernah kembali ke kantornya.
Sejak menghilang, Lian juga tidak pernah menghubungi keluarga maupun rekan sekantornya. Saat ditemukan, ada yang aneh dari kondisi psikologis ibu satu anak tersebut. Dia tak mengenal lagi keluarganya. Termasuk dirinya sendiri.
Penampilan Lian juga berubah. Dia menjadi memakai cadar dan membawa dua buku bertema jihad. Lian juga mengaku ingin berjihad. Dia ditemukan sendirian di Masjid Ata'awwun, Puncak, Bogor pada Sabtu dan dijemput keluarga pada Minggu (10/4) subuh.
Kasus Lian sebenarnya sering terjadi di era 1990-an akhir. Seseorang yang menjadi korban biasanya mahasiswi yang indekos. Mereka dipilih dari kalangan yang jauh dari militer. Sebab para ‘penculiknya’ tidak mau berisiko dengan militer. Kasusnya hampir sama dengan yang menimpa Lian.
Dengan kejadian tersebut, pemerintah, terutama aparat keamanan agar terus intensif menelusuri dan menangani para anggota NII dan jaringannya. Sebab, tidak tertutup kemungkinan korban bakal bertambah, di samping kegiatan mereka memnahayakan kedaulatan negara.
Masrus Syu’di
Serdang, Kemayoran
Jakarta Pusat
masrur_syudi@yahoo.com
Bekas anggota Negara Islam Indonesia (NII), Al Chaidar, dalam suatu kesempatan mengatakan, bahwa yang bersangkutan kemungkinan diculik yang pelakuknya adalah KW9 atau Komandemen Wilayah 9 dari NII.
Biasanya mereka tidak saja menggunakan cara hipnotis. Mereka juga melakukan brainstorming kepada seseorang yang mengalami kekeringan spiritual untuk jalan menanamkan ideologi.
Keuntungan ekonomi diperoleh lantaran orang yang bersangkutan diminta untuk mengumpulkan dana. Sehingga 'korbannya' akan menjual barang-barang miliknya, mengambil barang-barang keluarga.
Harta diambil atas nama infaq, sedekah. Ketika hal ini diketahui keluarganya, maka akan muncul dampak luas. Dakwah tentang perlunya negara Islam menjadi tidak signifikan lagi. Dakwah tentang pembentukan negara Islam menjadi patah dengan sendirinya.
Sebelumnya, Lian Febriani, PNS di Bagian Tata Usaha, Direktorat Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan hilang sejak Kamis 7 April 2011 lalu. Sebelum hilang, Lian dan teman sekantornya sempat makan siang di kantin Kementerian Informasi dan Komunikasi. Usai makan siang, Lian mengatakan kepada temannya ia akan menemui seseorang di Jl Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun hingga jam pulang kantor Lian tidak pernah kembali ke kantornya.
Sejak menghilang, Lian juga tidak pernah menghubungi keluarga maupun rekan sekantornya. Saat ditemukan, ada yang aneh dari kondisi psikologis ibu satu anak tersebut. Dia tak mengenal lagi keluarganya. Termasuk dirinya sendiri.
Penampilan Lian juga berubah. Dia menjadi memakai cadar dan membawa dua buku bertema jihad. Lian juga mengaku ingin berjihad. Dia ditemukan sendirian di Masjid Ata'awwun, Puncak, Bogor pada Sabtu dan dijemput keluarga pada Minggu (10/4) subuh.
Kasus Lian sebenarnya sering terjadi di era 1990-an akhir. Seseorang yang menjadi korban biasanya mahasiswi yang indekos. Mereka dipilih dari kalangan yang jauh dari militer. Sebab para ‘penculiknya’ tidak mau berisiko dengan militer. Kasusnya hampir sama dengan yang menimpa Lian.
Dengan kejadian tersebut, pemerintah, terutama aparat keamanan agar terus intensif menelusuri dan menangani para anggota NII dan jaringannya. Sebab, tidak tertutup kemungkinan korban bakal bertambah, di samping kegiatan mereka memnahayakan kedaulatan negara.
Masrus Syu’di
Serdang, Kemayoran
Jakarta Pusat
masrur_syudi@yahoo.com
No comments:
Post a Comment