Semakin Jelas Tujuan PKS yang Sebenarnya
Tulisan pada capture di atas kurang jelas!? baiklah, ku menulis ulang TUJUAN DAN USAHA PKS menurut AD PKS
Pasal 5, Tujuan: Partai Keadilan Sejahtera adalah Partai Da’wah yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang diridlai Allah Subhanahu Wata’ala, dalam negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Pasal 6 Usaha: Untuk mencapai tujuan tersebut diusahakanlah hal-hal sebagai berikut :
- Membebaskan bangsa Indonesia dari segala bentuk kezaliman.
- Membina masyarakat Indonesia menjadi masyarakat Islami.
- Mempersiapkan bangsa Indonesia agar mampu menjawab berbagai problema dan tuntutan masa mendatang.
- Membangun sistem kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
- Membangun negara Indonesia baru yang adil, sejahtera dan berwibawa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PKS, semua jajaran partai dan kader berupaya untuk melakukan pembiayaan sendiri; sehingga menurut AD PKS Bab 11, pasal 24 Sumber Keuangan, Keuangan partai terdiri dari sumber-sumber berikut: 1. Iuran rutin anggota; 2. Sumbangan dan hibah pada anggota dan simpatisan; 3. Sumber-sumber lain yang halal dan tidak mengikat. Sedangkan menurut ART PKS, pasal 30, Sumber keuangan: Kekayaan Partai diperoleh dari 1. Iuran, Infaq wajib, dan shadaqah yang berasal dari anggota; 2. Infaq dan shadaqah yang berasal dari luar anggota; 3. Sumbangan dan bantuan tetap atau tidak tetap dari masyarakat atau orang-orang atau badan-badan yang menaruh minat pada aktifitas Partai yang bersifat sukarela dan tidak mengikat; 4. Waqaf, wasiat, dan hibah-hibah lainnya.
= = = = =
Setelah tertangkap dan ditahannya Presiden PKS, membuat banyak orang, termasuk diriku, menelusuri ulang buku, catatan, arsip lama dan Dumay tentang partai tersebut. Dan ternyata, PKS sejak berdirinya sampai sekarang, menurutku, secara idiologi dan tujuan, PKS tak pernah berubah; walaupn sering diungkapkan bahwa mereka telah menjadi parpol terbuka.
Untuk segarkan ingatan, coba perhatikan kutipan dari Ilusi Negara Islam, mulai halaman 24 (catatan kaki 11) sampai halaman-halaman berikutnya,
” … karena kenyataanya PKS tidak hanya “menimbulkan masalah dan konflik dengansesama dan dalam tubuh umat Islam yang lain, termasuk dalam Muhamadiyah,” tapi menurut para ahli politik juga merupakanancaman yang lebih besar dibandingkan Jemaah Islamiyah, terhadap Pancasila, UUD 1945, dan NKRI. Menurut seorang ahlipolitik dan garis keras di Indonesia, Sadanand Dhume, “Hanya ada pemikiran kecil yang membedakan PKS dari JI. Seperti JI, manifesto pendirian PKS adalah untuk memperjuangkan Khilafah Islamiyah. Seperti JI, PKS menyimpan rahasia sebagai prinsip pengorganisasiannya, yang dilaksanakan dengan sistem sel sepertiIkhwinul Muslimin. Bedanya, JI bersifat rewlusioner sementara PKS bersifat evolusioner. Dengan bom-bom buntih dirinya, JI menempatkan diri melawan pernerintah; … Sebaliknya, PKS menggunakan posisinya di parlemen dan jaringan kadernya yang terus menjalar untuk memperjuangkan tujuan yang sama selangkah demi selangkah dan suarademi suara. …. Akhirnya, bangsa Indonesia sendiri yang akan memutuskan apakah masa depannya akan sama dengan negara-negara Asia Tenggara yang lain, atau ikut gerakan yang berorientasi ke masa lalu dengan busanajubah fundamentalisme keagamaan.”
= = =
Sekarang, mungkin anda bisa menilai bahwa PKS yang lahir dari kandungan angin keterbukaan akibat Demokrasi di Indonesia tak berasas Pancasila dan UUD 1945; dan upaya atau usaha PKS pun sama sekali tidak bertujuan untuk membangun bangsa, negara, dan rakyat Indonesia sesuai dengan amanat yang ada pada Pembukaan UUD 1945.Dan secara tak langsung, PKS pun mengkesampingkan adanya rakyat yang berbeda agama di Nusantara, sehingga hanya membangun masyarakat yang Islami.
Jadi, tidak heran jika PKS bersemangat memperjuangkan Islam melalui gerakan politik, dan kemudian ada ketegangan dan jarak dengan umat beragama lainnya, bahkan dengan sesama umat Islam. Juga, sering terlihat dengan jelas bahwa PKS cenderung atau bahkan terang benderang intoleran terhadap perbedaan keislaman dengan golongan lain. [Sebagai catatan samping: karena rencana-rencana tersebutlah, maka jika PKS menjadi bagian dari Pemerintah, dan mendapat jatah kursi menteri, maka mereka sangat ngotot pada/di Kementerian Pertania dan Komunikasi dan Informasi. karena melalui jalur itu, PSKS bisa menempatkan kader-kadernya sebagai penyuluh pertanian danpenerangan-informasi sampai ke pelosok atau desa-desa terpencil di Indonesia, dengan biaya negara. Dan di tempat itu, mereka juga sebagai pengumpul massa, anggota, dan simpatisan PKS].
= = = =
= = = =
Agaknya, karena usaha dan tujuan tersebutlah, maka PKS (pengurus dan kader) harus berupaya mendatangkan dana. Dan jika memperhatikan AD/ART PKS maka sumber-sumber dana PKS sama dengan organisasi agama-keagamaan, bahkan PSK pun menerima shadaqah (yang umumnya hanya diberikan pada mereka yang kurang mampu, janda, dan anak yatim piatu yang miskin).
Jadi, jika ada politisi PKS yang terlibat kasus pelanggaran hukum dan bahkan ditahan KPK, maka wajarlah; itu adalah konsekuensi dari upaya (salah satu cara) mencari dana untuk kas dan kekayaan partai.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=480194225351559&set=a.106911312679854.4809.106476596056659&type=1&theater
Zionisme Yahudi, Palestina, memang dagangan PKS
Lho, kenapa heran ketika Lutfi Hasan Ishaq jadi tersangka muncul kambing hitam konspirasi Zionis Yahudi. Itu memang merk PKS. Ciri khasnya. Selalu begitu. Coba simak doa’ orang-orang PKS, selalu ada Palestina. Kadang ditambah Afghanistan. Jarang yang tentang anak-anak Indonesia, termasuk misalnya yang sedang tertimpa musibah di berbagai daerah.
Saya sampai hafal betul, jika ada orang berdoa menyebut Palestina, hampir pasti itu orang PKS. Lalu, menjadikan kambing hitam Zionis Yahudi, juga orang PKS. Memang beberapa organisasi Islam, ada juga yang menyebut Zionis Yahudi. Tapi ada persambungan konteks. Memang ada kasus yang terkait langsung dengan Zionis Yahudi. Lah ini, soal korupsi impor daging sapi, kok nyambung ke Zionis Yahudi.
Coba amati lagi, aktivitas PKS. Mereka bereaksi cepat jika ada masalah Palestina. Sementara yang terkait persoalan masyarakat Indonesia, tindak kekerasan, kerusuhan misalnya, yang menimpa rakyat Indonesia, kurang dipedulikan. Atau, biasanya, baru bereaksi kalau dikritik habis. Ya sekedar merespons kritik.
Jujur saya sampai sekarang belum mendapat jawaban, mengapa PKS begitu cepat bereaksi terhadap peristiwa yang terkait Palestina, namun seperti tak peduli pada persoalan yang terjadi di Indonesia. Ada sih, selentingan yang mengatakan itu, tak lebih sebagai proyek proposal untuk mendapat bantuan dari luar. Saya belum yakin, karena sampai saat ini juga, belum memperoleh data akurat. Jadi masih tanda tanya, kok yang nun jauh di sana diperhatikan, sementara yang di depan mata, didiamkan atau kurang dipedulikan.
Soal sikap kritis juga, lebih banyak terekspresikan pada masalah di luar negeri. Sedang masalah di dalam negeri jarang sekali dikritisi secara tajam oleh PKS.
Yang terakhir, ini terkait internal umat Islam. Saya terus terang kecewa pada mengentalnya sikap eksklusif PKS. Saya heran, ketika hubungan NU-Muhammadiyah mencair komunitas PKS justru mengelompok ketat.Ini juga dikritik dalam desertasi salah seorang pendiri PKS yang mempertanyakan hubungan PKS yang mengaku partai dakwah dengan organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah.
Begitu kencangnya sikap agresif pengelompokan komunitas PKS, sampai ada pernyataan begini: jika orang Muhammadiyah masuk ke masjid NU, paling yang hilang beduk. Tapi jika orang PKS masuk, Masjidnya hilang, dalam arti semua dikuasai dan dikangkangi orang PKS.
Satu hal saja yang saya himbau; persoalan bangsa ini, termasuk persoalan umat Islam, tidak bisa diselesaikan sendiri. Harus bersama-sama. Jadi tak usah mengembangkan dan mengentalkan ego kelompok. Mari bersatu.
Saya sampai hafal betul, jika ada orang berdoa menyebut Palestina, hampir pasti itu orang PKS. Lalu, menjadikan kambing hitam Zionis Yahudi, juga orang PKS. Memang beberapa organisasi Islam, ada juga yang menyebut Zionis Yahudi. Tapi ada persambungan konteks. Memang ada kasus yang terkait langsung dengan Zionis Yahudi. Lah ini, soal korupsi impor daging sapi, kok nyambung ke Zionis Yahudi.
Coba amati lagi, aktivitas PKS. Mereka bereaksi cepat jika ada masalah Palestina. Sementara yang terkait persoalan masyarakat Indonesia, tindak kekerasan, kerusuhan misalnya, yang menimpa rakyat Indonesia, kurang dipedulikan. Atau, biasanya, baru bereaksi kalau dikritik habis. Ya sekedar merespons kritik.
Jujur saya sampai sekarang belum mendapat jawaban, mengapa PKS begitu cepat bereaksi terhadap peristiwa yang terkait Palestina, namun seperti tak peduli pada persoalan yang terjadi di Indonesia. Ada sih, selentingan yang mengatakan itu, tak lebih sebagai proyek proposal untuk mendapat bantuan dari luar. Saya belum yakin, karena sampai saat ini juga, belum memperoleh data akurat. Jadi masih tanda tanya, kok yang nun jauh di sana diperhatikan, sementara yang di depan mata, didiamkan atau kurang dipedulikan.
Soal sikap kritis juga, lebih banyak terekspresikan pada masalah di luar negeri. Sedang masalah di dalam negeri jarang sekali dikritisi secara tajam oleh PKS.
Yang terakhir, ini terkait internal umat Islam. Saya terus terang kecewa pada mengentalnya sikap eksklusif PKS. Saya heran, ketika hubungan NU-Muhammadiyah mencair komunitas PKS justru mengelompok ketat.Ini juga dikritik dalam desertasi salah seorang pendiri PKS yang mempertanyakan hubungan PKS yang mengaku partai dakwah dengan organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah.
Begitu kencangnya sikap agresif pengelompokan komunitas PKS, sampai ada pernyataan begini: jika orang Muhammadiyah masuk ke masjid NU, paling yang hilang beduk. Tapi jika orang PKS masuk, Masjidnya hilang, dalam arti semua dikuasai dan dikangkangi orang PKS.
Satu hal saja yang saya himbau; persoalan bangsa ini, termasuk persoalan umat Islam, tidak bisa diselesaikan sendiri. Harus bersama-sama. Jadi tak usah mengembangkan dan mengentalkan ego kelompok. Mari bersatu.
No comments:
Post a Comment