14 Juni 2011 - 19:15 WIB
Hasil sebuah survei menunjukkan hampir separuh anak muda Muslim Indonesia yang tinggal di kota-kota besar cenderung mengedepankan identitas ke-Islaman ketimbang identitas kebangsaan.
Peneliti Senior Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi menjelaskan survei ini menunjukkan hampir separuh pemuda Indonesia menganggap agama sebagai sebuah pegangan di tengah kondisi ekonomi dan politik Indonesia yang tidak menentu.
"Kalau kita tanya identitas apa yang dipegang oleh pemuda Muslim kita, itu 48% tepatnya 47,5% itu memandang pertama kali ya sebagai Muslim dan seterusnya," jelas Burhanuddin.
Pemikiran inilah, lanjut Burhanuddin, yang kemudian menjadikan pemuda Muslim Indonesia lebih mengedepankan identitas agamanya, dalam hal ini Islam, ketimbang identitas ke-Indonesiannya.
Survei juga menunjukkan pemuda Muslim Indonesia menolak konsumsi minuman keras, seks di luar nikah dan menikahi lelaki atau perempuan yang berbeda agama.
Mereka juga menyetujui hukuman potong tangan untuk pencuri dan hukuman cambuk bagi pemabuk. Direktur Indonesian Conference on Religion and Peace Musdah Mulia menilai kondisi ini disebabkan karena pemerintah tidak serius merajut kembali rasa kebangsaan sejak rezim Orde Baru tumbang.
"Bagaimanapun juga kita sudah memilih Indonesia dengan ideologi Pancasila. Mestinya itu yang harus kita tegaskan dan kembali kita mestinya begitu reformasi ini memberbaiki kembali citra Pancasila yang hancur pada masa Orde Baru," tutunya.
Namun, kesimpulan survei yang dibuat oleh LSI dan beberapa lembaga penelitian dari Jerman ini juga menunjukkan sebagian pemuda Muslim Indonesia masih bisa bersikap liberal antara lain tidak menyetujui poligami dan tidak memaksakan penggunaan jilbab untuk perempuan.
Kondisi hampir sama juga ditemukan di Malaysia yang juga mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun, kata utusan tetap Friederich Naumann Foundation for Liberty di Indonesia -salah satu pemrakarsa survei- Rainer Heufers menilai kondisi di Indonesia masih lebih baik ketimbang di Malaysia.
"Indonesia memiliki media massa yang sangat bebas yang memberitakan berbagai jenis konflik secara terbuka dan itu memberikan pengaruh," kata Heufers.
Survei ini dibuat tahun 2010 dengan responden anak muda berusia 15-25 tahun di Indonesia dan Malaysia. Tujuan survei ini adalah untuk menganalisa lima aspek kehidupan pemuda Muslim di kedua negara itu yaitu pengembangan pribadi, orientasi keluarga, agama, lingkungan sosial, gaya hidup dan orientasi politik.