Kali ini, Partai Persatuan Pembangunan dengan mantap menetapkan Suryadharma Ali sebagai menjadi bakal calon presiden 2014. Keputusan tersebut sudah diduga oleh banyak orang, jadi ketika ada hasil Musyawarah Kerja Nasional II PPP di Kota Bandung, sudah terbaca bahwa (nantinya) SDA sebagai Capres dari PPP
Hasil Mukernas PPP di Bandung tersebut, agaknya juga merupakan menerima aspirasi DPW PPP, agar mencalonkan kader intern mereka sebagai Capres 2014; dengan demikian, menutup peluang bagi orang lain menjadi Kandidat Presiden dari luar PPP.
Apalagi Suryadharma Ali, Sosok nomer satu di Kementerian Agama RI, dan dekat dengan berbagai kalangan tokoh agama di negeri ini.
Kinerja SDA sebagai Menteri Agama, ternyata memberikan wawasan dan nuansa baru dalam hubungn antara dan antar umat beragama; dan semuanya itu adalah nilai tambah bagi SDA
Coba perhatikan hal-hal berikut ini, yang semuanya datang dari Suryadharma Ali,
- Pelarangan Ahmadiyah sebagai jalan keluar paling efektif untuk menghindari konflik antaragama. Menurut SDA, Malaysia yang sudah mengharamkan Ahmadiyah; dan Pakistan yang menempatkan Ahmadiyah sebagai kelompok minoritas non-Islam. Pernyataan SDA ini jelas melegitimasi berbagai persekusi yang dialami kelompok Ahmadiyah.
- SDA menyebut Syiah sebagai aliran ini sesat; dan ini mengundang protes dari berbagai kalangan.
- Kasus GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, dan perobohan-penyegelan Gedung Gereja lainnya, sebagai akitab masalah perizinan; dan tak memandang sebagai bagian dari berbagai rangkaian aksi menekan minoritas.
- SDA mengkampanyekan agar perempuan memakai rok di bawah lutut; rok mini yang banyak dipakai anak-anak muda menjadi penyebab terjadinya kekerasan seksual terhadap perempuan.
Dan lain sebagainya
Dengan posisinya sebagai pejabat tinggi negara, SDA, menurut para pendukungnya, cukup netral dan berdiri di atas semua golongan; ia tak pernah membuat pernyataan yang bias, sehingga tidak membuka atau berpotensi berpotensi terjadi konflik baru sosial karena berpedaan agama dan keyakinan. Dengan itu, kita wajib menolak pernyataan bahwa butuh ribuan bahkan jutaan usaha untuk merawat kemajemukan itu; tapi hanya butuh satu Suryadharma Ali untuk merusaknya.
Catatan: Jadi ingat beritasatu.com: Menag: Kerukunan Beragama di Indonesia Terbaik di Dunia, Kehadiran pejabat negara di hari besar keagamaan menjadi indikator. Meskipun banyak kasus-kasus kekerasan dan intoleransi beragama di Indonesia. Kaum minoritas diperlakukan sama dengan mayoritas. Kerukunan beragama di Indonesia terbaik di dunia. Kehadiran Menteri Agama, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono dalam setiap perayaan hari besar keagamaan di Indonesia bisa digunakan sebagai indikator.
Di bawah ini adalah prestasi Menteri Agama, yang bisa menjadi pertimbangan publik, agar atau ketiak mendukung SDM sebagai (Kandidat) Presiden RI, antara lain (jika menurut anda, ada yang keliru, maka jangan setuju dengan diriku )
- Kerukunan Beragama di Indonesia Terbaik di Dunia. Kehadiran pejabat negara di hari besar keagamaan menjadi indikator. (Jangan baca catatan ini: Astaga …. ko’ ini yang menjadi indikator!? Bukankah kehadiran itu karena ia sebagai kepala negara seluruh rakyat Indonesia!? Di mana pun di dunia, kepala negara bisa, bahkan wajib, hadir di/pada upacara-upacara bukan keagamaan, agar bisa disebut toleran dan menaungi semua rakyat, buka saja di Indonesia. Sangat Miskin idea, jika ini dijadikan indikator).
- Suryadharma Ali, mengklaim Indonesia sebagai negara dengan toleransi tertinggi di dunia. (ini penilaian salah, jadi jangan baca: Ini adalah pernyataan yang absurd, asal bunyi, dari seorang yang berkualitas menteri. Entah apa yang menjadi kriteria dan pembandingnya, sehingga ia berkata seperti ini!?).
- Menag membantah berbagai laporan yang menyatakan kaum minoritas di Indonesia memiliki kesulitan dalam menjalankan keyakinannya. Kaum minoritas diperlakukan sama dengan mayoritas. Kerukunan beragama di Indonesia terbaik di dunia. (Tanggapan ini jangan dibaca: Ini menteri mungkin tak pernah baca media online, baca koran, atau apalah yang berisi berbagai laporan, keluhan, serta tangisan kaum mioritas akibat mereka mengalami penghambatan, penindasan, dan aneka perilaku rasialis. Masa’ sich seorang menteri tidak tahu aneka perilaku kekerasan terhadap minoritas. Mungkin saja sang Menteri tak pernah membaca laporan ini yang berisi ratusan tindakan intoleran di Nusantara).
- Suryadharma menggunakan kehadiran dirinya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono dalam setiap perayaan hari besar keagamaan di Indonesia bisa digunakan sebagai indikator. (Stop. Jangan baca: ni Indikator yang paling TIDAK MASUK AKAL, jika digunakan sebagai adanya toleransi. Asal pak menteri tahu bahwa bukan elite yang disorot dunia, tapi apa yang ada di akar rumput).
- Menag berkilah, kasus pembangunan gereja GKI Yasmin, yang masuk ke dalam laporan tersebut sebenarnya adalah mengenai Izin Mendirikan Bangunan dan tidak berkaitan dengan toleransi beragama. (Catatan ini dianggap tak ada: Begitu juga kasus-kasus serupa dalam pembangunan rumah ibadah di Tanah Air. Coba kita perhatikan, sang menteri menyaratakan semua kasus pembangunan rumah ibadah. Ia lupa tetang puluhan gereja di Aceh, yang harus dibongkar; tempat ziarah umat Katolik di DIY dan Jateng yang diobrak-abrik massa; tempat ibadah dan properti umat Syiah serta Ahmadyah yang hancur lebur - berantakan; bahkan terbunuh; belum lagi ulah ormas-ormas radikal yang memperlihatkan wajah brutal serta menakutkan)
Silahkan anda tambahkan …..
No comments:
Post a Comment