http://www.portalkbr.com/berita/perbincangan/2877062_4215.html
Sutami
KBR68H, Jakarta - Mendapat label sesat tak membuat Said Aqil Siradj gentar. Pria 60 tahun kelahiran Cirebon Jawa Barat ini malah mengaku bakal terus melakukan gerakan deradikalisasi. Sebuah upaya yang telah dilakukan selama beberapa tahun belakangan. Fokus utamanya adalah mencegah agar warga Nahdatul Ulama, organisasi yang dipimpinnya saat ini, tak ikut-ikutan terjerumus dalam pemahaman agama yang sempit. Dalam perbincangan dengan Reporter KBR68H Sutami, kyai yang bergelar Profesor ini mengutuk aksi-aksi sweeping yang dilakukan FPI selama bulan puasa.
Kalau senin pagi di bulan puasa dan juga menyambut lebaran ini apa yang biasa anda lakukan?
Kalau saya seperti biasanya setiap hari kerja ya saya ke kantor, bangun pagi baca Al Quran, wirid, zikir, tidur lagi baru jam 9 berangkat ke kantor.
Di bulan puasa ini ada satu hal misalnya ada aksi sweeping, beberapa waktu lalu di Kendal sampai rusuh dengan warga. Bagaimana itu sebetulnya dalam Islam?
Islam diturunkan oleh Allah SWT agama yang membawa rahmat, agama yang membawa kesejahteraan, agama yang membawa ketentraman, tidak membawa kegelisahan apalagi rasa takut. Oleh karena itu tindak kekerasan apa itu dilakukan siapapun terhadap siapapun jelas bertentangan dengan ajaran agama Islam. Man kana amruhu ma'rufan fal yakun bi ma'rufin, barang siapa ingin mengajak ke jalan yang benar maka dengan cara yang benar. Kalau mengajak ke jalan yang benar dengan cara tidak benar ya lucu, maka kalau kita mengajak teman atau orang lain menuju jalan yang benar cara kita mengajak pun dengan cara yang benar. Tidak boleh menggunakan segala cara yang penting tujuannya benar tapi caranya tidak benar, itu salah. Maka nanti kontraproduktif sehingga Islam nanti agama yang radikal, teroris, sadis, menakutkan itu mencoreng Islam sendiri.
Tapi mereka selalu mengatasnamakan umat bagaimana?
Itu salah. Islam tidak membenarkan tindakan seperti itu, begitu pula Rasulullah SAW, budaya kita nusantara terutama Jawa tidak mengenal kekerasan. Dulu para Wali Songo, para ulama menyebarkan Islam berhadapan dengan Majapahit, Sriwijaya, Padjajaran alhamdulillah sukses sampai tiga kerajaan itu hilang dari peta ini tidak dengan kekerasan, tidak dengan paksaan, tidak dengan peperangan. Tetap bil hikmah wal maw 'izhotil hasanah, dengan tutur kata yang lemah lembut dan penuh bijak kearifan.
Banyak kalangan menilai kelompok-kelompok yang radikal ini bisa berbuat radikal karena pemerintah tidak bertindak tegas. Benar begitu?
Kalau kita anggap bahwa polisi tidak bertindak tegas polisinya kita kritik, kita beri masukan. Kami pun dari NU siap diajak bersama-sama polisi untuk membantu tugasnya polisi, tapi kita tidak mau hakim sendiri. Kalau diajak membantu barangkali polisi punya keterbatasan personel maka Anshor, Banser siap membantu polisi.
Tapi tidak karena mereka selalu mengatasnamakan umat kelompok-kelompok ini?
Umat mana? NU yang paling banyak tidak pernah memberikan mandat kepada mereka untuk melakukan sweeping atau kekerasan itu.
Tapi apa yang dilakukan NU misalnya untuk meng-counter kegiatan-kegiatan?
Pertama bahwa saya jamin tidak satupun warga NU yang terlibat dalam aksi sweeping atau aksi kekerasan. Kedua kami jaga, kami kawal cara pandang warga NU tetap mengedepankan akhlakul karimah, mengedepankan santun, mengedepankan toleran, bergaul dengan baik dengan siapapun.
Aksi intoleran tidak hanya dilakukan oleh kelompok yang selalu melakukan sweeping seperti FPI, kita juga mendengar belakangan di Sampang. Tanggapan anda?
Itupun yang kita sesalkan. Saya sudah berkali-kali mengeluarkan statement melalui konferensi pers, bahwa tindakan relokasi atau evakuasi penduduk dari kampung halaman ke Sidoarjo itu tindakan yang salah dan tidak tepat. Okelah kalau tidak terpaksa asalkan tidak permanen dan harus diperlakukan lebih manusiawi daripada ketika ditampung di GOR Sampang. Itu bertentangan dengan budaya, bertentangan dengan agama, bertentangan dengan akhlak, bertentangan dengan kepribadian. Oleh karena itu saya mendukung dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Presiden SBY yang belakangan sudah mengutuk tindakan-tindakan kekerasan itu.
Aksi-aksi intoleran sering terjadi beberapa tahun belakangan. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi?
Banyak faktornya. Ada ketidaktahuan, pendidikan sangat rendah, kemiskinan, pengangguran, salah paham, ada lagi yang dia meyakini itu perintah agama ini yang paling bahaya. Jadi seakan-akan dia itu jihad, berjuang membela Islam padahal sebaliknya meruntuhkan sendi-sendi prinsip Islam, mencoreng kesucian agama Islam itu sendiri.
Ajaran-ajaran seperti ini berasal dari mana?
Dari luar.
Bukan dari dalam?
Bukan, Indonesia tidak mengenal seperti ini. Contoh dulu ada kyai besar namanya Kyai Abdul Hamid di Pasuruan, itu 7 kilometer sudah sampai pesantren Syiah itu tidak pernah terjadi apa-apa antara dua tokoh itu atau santrinya. Dulu Mbah Abdul Hamid ini kyai yang terkenal, semua orang menganggap dia ini wali tidak pernah memerintahkan santrinya berbuat kasar terhadap Syiah yang hanya berjarak 7 kilometer.
Banyak aksi-aksi seperti itu apakah kurang komunikasi?
Itu pengaruh dari luar.
Bagaimana meng-counter itu semua?
Kita selalu berusaha yang paling penting mengendalikan warga NU. Itu sudah berat mengendalikan warga NU pekerjaan yang sangat berat supaya NU tidak terlibat, supaya mengedepankan toleran. Saya harapkan semua warga NU dan semua umat Islam Indonesia mari Wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin, tidak sekali-kali Nabi Muhammad SAW datang ke atas bumi dengan membawa Islam dan Al Quran kecuali menebar rahmat, kasih sayang, kesantunan, dan kearifan. Bukan kekerasan, intimidasi.
Anda kerap mengeluarkan komentar-komentar keras bahkan sampai kelompok-kelompok radikal mencap anda sebagai orang yang sesat, salah satunya ketika anda menyebutkan akarnya teroris adalah orang yang hafal Al Quran. Tanggapan anda?
Itu salah paham. Saya ceritakan bahwa yang membunuh Sayyidina Ali itu orangnya bukan orang non muslim. Yang dibunuh ini tokoh Islam, khalifah dari generasi umat Islam angkatan pertama yang dipastikan masuk surga. Yang membunuh bukan non muslim, kalau non muslim ya wajar masuk akal sedikit. Tapi yang membunuh orang Islam yang rajin shalat dan hafal Al Quran, artinya saya katakan bahwa itu gerakan radikalisme di Islam itu yang melakukan orangnya seperti itu. Tapi yang namanya hafal Al Quran, shalat malam ya kyai-kyai kita juga shalat malam dan hafal Al Quran. Bukan saya katakan bahwa setiap orang hafal Al Quran itu teroris, bukan, yang membunuh Sayyidina Ali itu bukan non muslim, bukan orang Islam biasa tapi orang Islam yang hafal Al Quran dan ahli ibadah. Toh begitu dia membunuh Sayyidina Ali dengan menganggap bahwa beliau kafir. Bukan pikiran saya memang dalam sejarah, Abdurrahman Bin Muljam yang membunuh Sayyidina Ali itu.
Dengan adanya stigma seperti itu anda gentar?
Tidak sama sekali.
Jadi tetap terus mengkampanyekan bahwa gerakan radikal ini bisa dikatakan sebuah penyimpangan?
Iya. Itu hadits Nabi Muhammad SAW, ketika Nabi Muhammad SAW dikatakan oleh seorang bernama Dzil Khuwaishir, bagi-bagi rampasan perang yang adil dong, jangan semaunya sendiri. Nabi mengatakan ini adalah perintah Allah SWT, itu terjadi setelah perang Hunain dan Thaif ketika Nabi Muhammad SAW bagi-bagi hasil perang di Ji’ranah tempatnya. Cara baginya yang senior tidak dikasih tapi yang baru masuk Islam walaupun konglomerat dikasih. Kemudian nabi memprediksi bahwa akan muncul dari umat Islam orang seperti ini hafal Alquran, baca Al Quran tapi tidak melewati tenggorokannya alias tidak paham inti ajaran Al Quran. Mereka itu sejelek-jeleknya manusia, bahkan lebih jelek dari binatang, saya tidak termasuk mereka, dan mereka tidak termasuk golongan-Ku, kata Rasulullah SAW. Itu ada dalam kitab Shahih Muslim, ada dua belas riwayat cerita kejadian itu.
Bagaimana kemudian keluarga, istri, dan anak-anak ketika anda berada di posisi yang dicap dan membahayakan seperti ini?
Saya selama ini merasa aman-aman saja alhamdulillah, semua di tangan Allah SWT.
Tidak ada kekhawatiran berlebihan?
Tidak ada. Saya yakin orang-orang semua berbeda pendapat, berbeda cara berpikir atau cara pandang walaupun saya dikafir-kafirkan, itu urusan mereka mengkafirkan saya.
Di momen lebaran ini apa pesan anda?
Mari di hari yang mulia ini kita menyambut dengan gembira. Tapi kegembiraan umat Islam menyambut Hari Idul Fitri ini dengan menyadari bahwa kita kembali ke fitrah, yaitu asal muasal manusia ketika lahir bersih dari dosa dan kesalahan. Oleh karena itu mari bertobat kepada Allah SWT dan saling memaafkan sesama.
Editor: Doddy Rosadi
No comments:
Post a Comment